Per Juli, kredit sektor UMKM berbasis impor merosot tajam


Bank Indonesia (BI) mendapati pertumbuhan kredit ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) per Juli 2013 melambat dibanding periode yang sama tahun lalu. Menurut data BI, pertumbuhan kredit UMKM per Juli 2013 hanya sebesar 16,7 persen atau melambat dibanding 2012 yang mencapai angka 20,5 persen.
Dalam situs resmi BI, outstanding (total) kucuran kredit perbankan ke sektor UMKM per Juli 2013 sebesar Rp 583,59 triliun, tumbuh 16,7 persen dari 2012 yang sebesar Rp 505,41 triliun. Sedangkan pada 2011, total kucuran kredit ke sektor UMKM sebesar Rp 419,42 triliun.
Dari data tersebut, tercatat bahwa sektor usaha mikro mengalami perlambatan pertumbuhan yang sangat drastis dari 22,3 persen di 2012 melambat menjadi 7,86 persen pada Juli 2013.
Sektor usaha menengah melambat dari 32,33 persen pada 2012 menjadi 23,41 persen pada Juli 2013. Sedangkan untuk sektor usaha kecil, BI masih mencatat pertumbuhan dari 5,58 persen di 2012 menjadi 8,89 persen pada Juli 2013.
Direktur Commercial & Business Banking Bank Mandiri Sunarso mengakui bahwa pertumbuhan kredit ke sektor UMKM melambat mengiringi perlambatan pertumbuhan ekonomi. "Hal ini menunjukkan bahwa tanda-tanda melambat sudah ada. Tetap tumbuh, tapi pruden," tutur Sunarso di Jakarta, Rabu (18/9).
Menurut Sunarso, sektor UMKM yang terkena dampak paling besar adalah yang memiliki kandungan impor tinggi. "Pebisnis sudah menggunakan rasionalnya. (Yang terkena dampak) Yang basisnya impor itu yang berat. Tapi ingat ekonomi kita tumbuh sangat domestik," ucap Sunarso.
Kendati demikian, Sunarso tetap optimis pertumbuhan kredit ke sektor UMKM masih bisa bertumbuh di kisaran 20 persen. "Mudah-mudahan sampai akhir tahun bisa tumbuh 19-20 persen. Sejak Mei kita sudah prediksi (perlambatan), karena waktu itu ada rencana kenaikan BBM. Sekarang outstanding Rp 429 triliun," tutup Sunarso.

0 komentar:

Posting Komentar